Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Thrift Shop Yang Harus Dipertimbangkan

thrift shop

Bisnis thrift shop adalah salah satu jenis usaha yang dalam beberapa tahun ini banyak digemari oleh anak muda. Pasalnya, selain pangsa pasarnya relatif besar, thrift shop juga bisa dibuka di rumah, sehingga cocok untuk ibu rumah tangga atau anak muda. 

Namun demikian, membuka bisnis ini juga ada kelebihan dan kekurangannya. Simak selengkapnya dengan membaca artikel berikut ini:

Mengenal Bisnis Thrift Shop

Sebelum membahas kelebihan dan kekurangannya, alangkah baiknya Anda mengetahui apa itu thrift shop. Sederhananya, thrift shop adalah toko barang bekas yang hanya menjual barang bekas import atau bermerek. Biasanya, yang dijual di toko ini adalah produk-produk fashion, seperti pakaian atau sepatu. 

Adanya toko barang bekas ini merupakan solusi untuk milenial yang ingin tampil trendy dengan fashion bermerk tapi dengan harga yang lebih terjangkau. Toko ini juga bisa menjadi solusi bagi milenial yang ingin menjual pakaian atau sepatu bermereknya untuk alasan penghematan atau hal lainnya. 

Misalnya, sepatu Nike baru bisa dijual dengan harga jutaan rupiah sepasang namun di thrift shop, sepatu yang sama bisa dijual dengan harga ratusan ribu saja. Tentunya penurunan harga ini juga tergantung dengan kondisi barang terkait. 

Tidak jarang thrifting (membuka barang thrift) disamakan dengan preloved. Meskipun sama-sama menjual barang bekas, namun thrifting cenderung merujuk kepada jual beli barang bekas berkualitas bagus yang diimpor dari luar negeri dalam satuan bal, sementara preloved adalah barang-barang bekas yang dijual kembali oleh pemiliknya karena berbagai penyebab.

Kelebihan Bisnis Thrift Shop

1. Jual beli produk bermerek dengan modal yang lebih kecil 

Kelebihan utama dari usaha ini adalah Anda bisa memperjualbelikan produk fashion bermerek dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan membeli baru. Sebab, tidak menutup kemungkinan dari sekian banyak pakaian thrifting yang Anda beli ada baju-baju dari brand terkemuka, seperti UNIQLO, Calvin Klein dan lain sebagainya. 

2. Ramah lingkungan

Generasi muda saat ini cenderung mudah mengoleksi pakaian dan membuangnya apabila tidak ingin memakainya lagi meskipun kualitas pakaian tersebut masih baru (fast fashion). Kecenderungan ini, umum terjadi di negara-negara maju. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengirim pakaian-pakaian bekas tersebut ke negara berkembang dan menjualnya di thrift shop.

Interior bisnis thrift shop.

Hal ini membuat adanya toko ini cocok untuk kampanye ramah lingkungan. Selain itu, tak jarang pakaian atau sepatu yang dijual di toko ini tidak hanya bermerek dan trendy, tapi juga awet untuk dipakai selama bertahun-tahun, sehingga berpotensi mengurangi limbah pakaian. 

3. Produk Unik

Thrift shop sering menawarkan barang-barang unik yang tidak dapat ditemukan di toko ritel biasa, menarik bagi konsumen yang mencari keunikan dan gaya pribadi.

4. Potensi besar

Thrift shop umumnya menargetkan masyarakat dari kalangan generasi milenial atau generasi Z, keduanya merupakan generasi yang mendominasi demografi masyarakat Indonesia saat ini. Maka dari itu, tidak heran jika pangsa pasar bisnis ini sangat besar. 

Belum lagi fakta bahwa pakaian bekas mudah untuk diperjualbelikan di online marketplace. Tentu potensi toko ini akan lebih besar lagi mengingat bahwa target konsumennya bisa datang dari mana saja.

Bukan hanya untuk pebisnis wanita, usaha thrift shop juga merupakan salah satu usaha kecil-kecilan yang cocok untuk laki-laki.

Kekurangan Bisnis Thrift Shop

1. Susah menemukan supplier

Karena barang yang diambil merupakan barang-barang impor dari luar negeri, maka dari itu tidak heran jika salah satu tantangan membuka bisnis thrift shop adalah susahnya mencari supplier, khususnya supplier terpercaya.  

2. Harus jeli dalam memilih produk

Tidak semua pakaian atau sepatu impor berkualitas bagus. Apalagi yang dijual dalam jumlah masal, seperti barang yang akan dimasukkan dalam thrift shop. Oleh karena itu, jika Anda tertarik untuk membuka bisnis ini, Anda harus jeli dalam memilih produk. Pastikan produk tersebut tidak hanya bermerek, tetapi juga berkualitas bagus.

3. Modal yang cukup besar

Meskipun Anda tidak membeli pakaian atau sepatu baru, namun modal yang diperlukan untuk menjual barang hasil thrifting juga cukup besar. Setidaknya, Anda harus membeli pakaian atau sepatu dalam jumlah besar dan mempersiapkan toko dan gudang untuk memamerkan dan menyimpan barang-barang tersebut.

4. Potensi sunk cost yang tinggi

Sunk cost adalah biaya yang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan yang kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Beberapa hal yang menyebabkan potensi sunk cost pada bisnis thrift shop yang cukup tinggi adalah adanya barang yang tidak laku dan memenuhi gudang, barang dengan kualitas buruk atau rusak atau barang dengan model usang yang sudah tidak diminati.

5. Minimnya informasi mengenai kualitas barang

Tidak semua masyarakat Indonesia tahu mengenai baik buruknya kualitas produk impor. Tidak semua orang juga peduli mengenai bermerek atau tidaknya sebuah pakaian dan sepatu. Hal ini khususnya untuk masyarakat dengan pendapatan menengah kebawah. Bagi seorang pebisnis thrift shop, hal ini menjadi tantangan untuk memperkenalkan kualitas barang impor yang bagus kepada masyarakat.

Baju yang dipajang di toko.

6. Produk yang dijual tidak sama

Berbeda dengan pakaian yang dijual di department store yang bisa memiliki motif sama tapi dengan warna dan ukuran yang berbeda, pakaian yang dijual di thrift shop bisa jadi tidak ada yang sama dalam ukuran, warna, kain maupun motif. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penjual untuk memasukkan dan mencocokkan data penjualan barang. Khususnya apabila Anda juga membuka toko thrift shop online.

Cara Mengatasi Kekurangan Tersebut

1. Mengisi stok dengan barang preloved

Untuk mengatasi kekurangan akibat minimnya supplier, Anda bisa mengisi toko Anda dengan barang-barang preloved yang bermerek dan masih berkualitas bagus. Hanya saja, Anda perlu memberitahu pembeli kalau barang-barang tersebut adalah barang preloved dan bukan hasil thrifting. 

2. Menggunakan tempat yang sudah ada untuk menghemat modal

Jika Anda memiliki ruang kosong di rumah, gantungan pakaian atau memiliki tenda jualan yang tidak terpakai, Anda bisa memanfaatkannya untuk menghemat biaya modal pembukaan thrift shop.

Dalam menata toko baju sederhana, pastikan interior terlihat bersih dan menarik agar pelanggan betah lama-lama dalam mengeksplor toko.

3. Memaksimalkan penjualan offline to online

Dengan perkembangan teknologi saat ini, Anda bisa menjangkau konsumen dari mana pun menggunakan sosial media dan toko online. Untuk memaksimalkan penjualan, Anda bisa memanfaatkan kesempatan ini. 

Dari segi pemasaran offline, Anda juga tidak hanya bisa membuka thrift shop dalam bentuk toko. Di beberapa kota, seperti Yogyakarta, para penjual pakaian baru dan bekas bisa menjual dagangannya di pasar dadakan setiap satu minggu sekali. Manfaatkan peluang ini untuk memaksimalkan penjualan.

Gunakan kata-kata promosi baju di Instragram yang menarik agar post maupun story di akun Anda mendapat konversi yang lebih besar.

4. Menggunakan aplikasi ShopKey

Kekurangan ke-6 di atas bisa diatasi dengan menggunakan aplikasi ShopKey. Dengan menggunakan aplikasi ini, Anda bisa mencocokkan data penjualan di online marketplace dan offline. Selain itu, Anda juga bisa membuat katalog produk yang update secara otomatis yang bisa Anda sebarkan ke konsumen secara online maupun offline. 

Related Articles

Upgrade informasi bisnis kamu dengan ShopKey

logo light

Sopo Del, Dangsina lobby, Tower B, #2019 20nd Floor, Jl. Mega Kuningan Barat III, Lot 10. 1-6 Kawasan Mega Kuningan,Jakarta Selatan Jakarta – 12950

02186655231

OUR SERVICES

Subscribe

Join our email list to receive insights & stories from business owners, new product information, and more.

2020 © PT Gamechange Indonesia