Sebuah riset yang dilakukan oleh Microsoft di tahun 2015 mengungkap fakta bahwa jangka waktu fokus manusia telah turun menjadi 8 detik saja, dibanding 12 detik pada riset yang sama di tahun 2000. Kini, tujuh tahun berselang setelah riset terbaru Microsoft, tanpa statistik yang dirilis oleh para ahli sekalipun, sepertinya kita bisa menyimpulkan bahwa akhir-akhir ini, titik kesabaran manusia untuk menunggu sesuatu pun semakin pendek.
Di sisi lainnya, sebuah artikel dari Boston Digital menyebutkan bahwa demografi pasar yang efektif bukan terdiri dari kelompok usia, geografi ataupun bahasa. Artikel tersebut menyadari fakta bahwa saat ini dunia sedang menghadapi generasi yang aktif menggunakan teknologi, dan sulit dipisahkan dari perangkat elektronik seperti smartphone ataupun tablet yang dipunyai setiap orang.
Faktor kemudahan teknologi inilah yang akhirnya mendorong terciptanya generasi masa kini yang dikenal impulsif. Sebuah generasi yang mempunyai karakteristik dasar yang mempunyai jangka waktu fokus yang sangat pendek, ekspektasi yang tinggi, dan kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan secara instan.
Di Indonesia, sebuah laporan statistik mengenai aplikasi digital menyebutkan bahwa “Sejak periode ketiga di tahun 2020, setidaknya 96.3% pengguna internet di Indonesia menggunakan aplikasi chat untuk berkomunikasi secara online.” Jika fakta ini digabungkan dengan teori mengenai generasi impulsif yang disebutkan di atas, kesuksesan sebuah skenario transaksi jual beli online yang didorong oleh perbincangan di aplikasi chat, akan sangat bergantung pada perhatian secara individual yang bisa diberikan para penjual ke setiap pelanggan di berbagai platform sosial media di mana mereka berada.
Artinya, para penjual dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan beberapa pelanggan sekaligus. Tentunya, semakin ramai toko online seseorang, tuntutan ini akan semakin sulit untuk dipenuhi, karena pada umumnya usaha berbasis online hanya dioperasikan oleh satu atau dua orang saja.
Perlu kita ingat bahwa kebanyakan pengusaha online berskala kecil dan menengah ini beroperasi sebagai industri rumahan, dan tiba-tiba mendapatkan potensi untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas, karena berubahnya paradigma terhadap belanja online akibat pembatasan sosial yang terjadi karena pandemi.
Meskipun ledakan jumlah pelanggan belanja online setelah pandemi sebenarnya menguntungkan siapapun yang berjualan secara online, tetapi tren terbaru ini mendatangkan tantangan yang tidak mudah bagi para pedagang kecil di dunia belanja online. Karena jumlah pelanggan yang tiba-tiba naik, para pedagang ini harus meningkatkan produksi, pemasaran, operasional, dan mempertahankan kecepatan mereka untuk menjawab setiap pertanyaan pelanggan, selagi memastikan semua proses transaksi berjalan sesuai rencana.
Di satu sisi lainnya, masih ada juga kelompok pelanggan yang membutuhkan perhatian dan dorongan untuk mencapai keputusan mereka untuk bertransaksi membeli suatu barang. Sejatinya, tidak ada batas waktu dari interaksi pertama hingga terjadinya transaksi, yang bisa ditentukan sebagai standar oleh setiap penjual online. Setiap pelanggan mempunyai karakteristik yang berbeda dan tidak semua orang bisa mencapai keputusan untuk membeli sebuah barang secara cepat.
Selain itu, beberapa marketplace online memberikan banyak opsi untuk dipilih bagi para pelanggan. Para pelanggan bisa saja mengirimkan pesan yang sama kepada semua toko online yang dijumpainya (contohnya: “produknya ready, kak?” atau “barangnya ada?”), biasanya toko yang merespon paling cepat adalah toko yang dipilih oleh para pelanggan untuk bertransaksi. Siapa yang punya jari cepat, dia dapat! Kembali ke dinamika transaksi jual beli online yang berbasis chatting, kecepatan respon penjual menjadi faktor utama yang menentukan.
Penjual online yang berkomunikasi dengan banyak pelanggan sekaligus, di berbagai platform chat yang berbeda, harus punya rencana komunikasi yang efektif layaknya sebuah robot. Persiapan matang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan harus menyeluruh, mulai dari pesan yang dikomunikasikan harus jelas, menyiapkan informasi manfaat produk yang dijual, memastikan adanya jalur pengiriman yang dapat diandalkan, memastikan akses pelanggan ke metode pembayaran lancar, serta membuat daftar diskon yang sedang berlangsung untuk menarik pelanggan. Semua aktivitas operasional toko online ini idealnya harus bisa dicapai dalam beberapa ketukan jari saja.
Para penjual online pun harus bisa mengakomodasi fleksibilitas untuk berinteraksi di platform sosial media pilihan setiap pelanggan, yang berarti para penjual bisa saja harus berpindah-pindah sosial media setiap harinya karena tidak semua pelanggan memilih sosial media yang sama. Situasi ini membuat para penjual online butuh kemampuan untuk melakukan koordinasi dan menyelesaikan transaksi dari aplikasi yang berbeda-beda tempat mereka berjualan online. Di sini, ShopKey hadir sebagai solusi satu pintu untuk memudahkan aktivitas pemasaran dan penjualan yang berlangsung di aplikasi chat yang berbeda-beda.
Berangkat dari kebutuhan rencana komunikasi yang solid layaknya sebuah robot, fitur Balas Cepat yang ada di keyboard ShopKey bisa menjadi andalan para penjual online untuk menyiapkan berbagai respon dari pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh pelanggan sejak jauh hari dan disimpan di dalam fitur ini. Respon ini pun bisa berbentuk teks, gambar, serta URL sekalipun. Sehingga, pada saat pertanyaan yang spesifik ini muncul, Anda bisa langsung mengirim pesan yang telah tersimpan di fitur Balas Cepat, tanpa harus mengetik ulang.
Keberadaan fitur ini pun memastikan para penjual online bisa berkomunikasi secara efektif layaknya sebuah robot, namun berbeda dengan pesan-pesan otomatis yang dikirim oleh robot, Anda berkesempatan untuk menyiapkan pesan yang akurat dan sesuai dengan gaya komunikasi yang Anda yakini sesuai untuk pelanggan setia Anda. Jika Anda adalah pembeli atau penjual online, ShopKey mempunyai fitur yang dapat memudahkan setiap langkah di dalam proses transaksi online Anda. Saatnya Anda memulai langkah pertama dengan mencoba aplikasi ShopKey hari ini.
